Muhammad Sinen Minta Maaf ke Polres Tidore Atas Insiden "Keributan" di Ruang SPKT

Sebarkan:
Muhammad Sinen saat diwawancarai awak media (Kamera/Aidar)
KAMERA TIDORE - Wakil Wali (Wawali) Kota Tidore Kepulauan Muhammad Sinen menyampaikan permohonan maaf kepada Kepolisian Resort atau Polres Tidore.

Permintaan maaf itu atas insiden "keributan" antara ia dan Nurkholis Lamaau, Redaktur Cermat.co.id, di ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Tidore beberapa waktu lalu.

"Atas nama pribadi saya minta maaf ke Polres Tidore. Karena peristiwa ini telah menimbulkan sedikit kegaduhan di ruang SPKT Polres Tidore," ujar Muhammad Sinen kepada sejumlah awak media di Tidore, Minggu, 4 September 2022.

Wawali mengaku, kehadirannya di
Polres Tidore saat itu bertujuan menjenguk ponakannya (Ari), usai mendengar kabar bahwa ia dilaporkan atas dugaan kasus pemukulan terhadap Nurkholis.

Selain itu kata dia, kedatangannya itu juga memastikan maksud dan tujuan dari opini yang ditulis Nurholis, bertajuk "Hirup Debu Batu Bara Dapat Pahala". Tulisan ini sebelumnya di publikasi melalui pratfom media sosial Facebook dan media online Cermat.co.id. Namun pada akhirnya kedua tulisan ini kemudian dihapus.

Wawali menyatakan bahwa kegaduhan itu berlangsung setelah terjadi aduh mulut.

"Setibanya di Polres dan bertemu dengan Nurkholis itu saya bertanya, kalau dia seorang wartawan kenapa dia harus buat opini dengan pandangan yang subjektif dan terkesan menyudutkan saya. Sementara tugas seorang wartawan itu kan tidak bisa berasumsi sendiri, apalagi memotong kalimat saya kemudian dijadikan bahan untuk mengumbar kebencian," ucapnya.

Wawali menambahkan, setelah ia menanyakan hal tersebut, Nurkholis mengatan bahwa ia tidak perlu diajari tentang tugas wartawan, karena itu bukan kewenangan Wawali. Dari situ, sambung wawali, Ia kemudian menjawabnya bahwa Nurholis tidak memahami etika wartawan. Mendengar pernyataan Wawali, Nurkholis juga tidak tinggal diam dan menanggapi Wawali sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.

"Karena saya liat dia sudah mulai tidak sopan dan bicara banyak, sambil bilang ke saya kalau torang tra baku tako. saya kemudian bergegas dan menutup mulutnya. Dari situ kemudian kami dilerai oleh beberapa petugas polisi yang ada di dalam ruang SPKT," pungkasnya.

Bagi Wawali, insiden keributan yang berlangsung di Polres Tidore itu merupakan tindakan responsif sebagai manusia biasa, hal itu menurut dia, dilakukan karena sikap Nurkholis dinilai sedikit kelewatan.

"Beragam informasi yang saya baca dan dengar selama ini terlihat sangat menyudutkan saya, padahal mereka tidak tau penyebabnya seperti apa," tandasnya.

Untuk itu, Wawali menghimbau kepada semua pihak yang tidak mengetahui masalah agar dapat menjaga tulisannya di media sosial, meski itu diberi kebebasan untuk berpendapat, namun kebebasan itu menurut dia, juga diatur dengan UU.

Agar tidak membuat pihak-pihak tertentu dirugikan, Wawali berharap para pengguna media sosial tidak berlebihan dalam memberikan komentar dan pendapat, apalagi sampai ikut menebar kebencian dan fitnah. Karena menurutnya, ia juga akan menempuh jalur hukum untuk mendapatkan keadilan yang sama sebagai warga negara Republik Indonesia.

"Saya minta agar pihak-pihak yang tidak tau masalahnya secara pasti jangan dulu berkesimpulan, sampai membuat tulisan yang menyebut saya preman, sambo dan lain-lain. karena kita ini negara hukum, saling menghargai itu jauh lebih penting dari apapun. Bagi saya, sebuah peristiwa itu terjadi karena ada sebab akibat," pungkasnya.

Terkait tulisan bertajuk "Hirup Debu Batu Bara Dapat Pahala", sambung Wawali, opini tersebut dikutip Nurkholis berdasarkan penyataannya saat membuka lomba domino di Kelurahan Rum Balibunga, Kecamatan Tidore Utara berapa hari lalu. Hanya saja, opini itu menurut dia, tidak dijelaskan secara utuh sebagaimana yang disampaikan.

Pasalnya saat itu, Wawali bilang, ia mengajak kepada pemuda Kelurahan Rum Balibung dan Rum agar selalu ramah dalam menerima tamu yang datang dari luar. Itu karena, Rum merupakan gerbang utama bagi para pengunjung yang berdatangan ke Tidore, karena di Rum terdapat Pelabuhan penyebrangan maupun pelabuhan laut yang menghubungkan antara Tidore dan Ternate.

Selain itu, kata dia, di wilayah Rum juga terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), jika ada masalah mengenai PLTU, diharapkan agar bisa dibicarakan dengan baik, untuk dicarikan solusi bersama. Tidak perlu mempolemikan tentang keberadaan PLTU.

"Karena para orang tua di Kelurahan Rum telah menjual tanah mereka untuk kepentingan pembangunan PLTU, dan hasilnya itu, sudah mereka gunakan, ada yang pakai untuk keperluan anak sekolah, bangun rumah, beli speed untuk usaha, naik haji dan lain-lain," katanya.

"Waktu itu saya ingatkan kepada masayarakat dan pemuda di rum, jika kita terus-terus menyoalkan nanti mereka (orang tua) yang sudah meninggal juga akan beban dialam sana, dan kita juga turut berdosa," sambungnya.

Lanjut Wawali, dengan adanya PLTU saat ini, harus dipandang dari dua sisi, yakni Positif dan negatif, sisi positifnya, karena PLTU memberikan penerangan lampu kepada masyarakat banyak baik di Tidore maupun Ternate, sementara negatifnya karena dia memberikan dampak berupa debu ke masyarakat Rum.

"Saya bilang jika menghirup debu akan dapat pahala, itu karena perjuangan orang rum yang terkena debu batu bara, telah memberikan dampak positif kepada masyarakat banyak. Namun bukan berarti pemerintah ikut diam soal masalah ini, melainkan terus kita awasi setiap aktifitas yang dilakukan oleh PLTU, agar tidak lagi berdampak terhadap warga Rum," tandasnya.

Ia mengemukakan, saat kegiatan berlangsung, Nurkholis juga mungkin tidak berada di lokasi, hanya sebatas mengutip kalimat dalam sambutanya, kemudian dijadikan opini yang pada akhirhya menimbulkan ketersinggungan dipihak keluarga.

"Sehingga ponakan saya kemudian menyambangi rumah Nurkholis yang berada di Kelurahan Rum Balibunga, dengan maksud menanyakan perihal opini tersebut. Kebetulan, rumah Nurholis juga berdekatan dengan rumah dari ponakan," ujarnya.

"Ketika ponakan saya ke rumah Nurkholis, itu juga saya tidak tau. Namun yang saya sesali, kenapa dia (Nurholis) harus memenggal kalimat saya tentang "Hirup Debu Batu Bara dapat Pahala", kemudian dijadikan opini, yang pada ahirnya membuat saya dihujat. dan seolah-olah dia membenturkan saya dengan wartawan, padahal dia tidak melakukan kerja-kerja wartawan, semisal meliput dan mewawancara," tandasnya.

====
Penulis  : Aidar Salasa
Editor     : Rustam Gawa
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini