Jelang Nataru, Dinas Ketpang Kota Ternate Intens Pantau Ketersediaan Pasokan Harga Pangan

Sebarkan:
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate, Muhammad Hartono. (Istimewa).
KAMERA TOBELO - Dinas Ketahanan Pangan, (Ketpang) Kota Ternate, Maluku Utara melalui tim terpadu pemantauan stok pangan bidang kerawanan pangan dan bidang distribusi terus intens melakukan pemantauan ketersedian pasokan dan harga pangan dalam rangka menyambut Natal dan Tahun Baru, (Nataru) 2024.

"Upaya ini adalah merupakan strategi Dinas Ketpang, sehingga masyarakat dipastikan mendapatkan pangan murah dan terjangkau dalam rangka menghadapi Nataru," ujar Kepala Dinas Ketpang Kota Ternate, Muhammad Hartono saat  dikonfirmasi di ruang kerjanya. Jumat, 01 Desember 2023.

Ia mengungkapkan, dari hasil pantauan saat ini harga komoditas di Kota Ternate sedikit mengalami lonjakan, seperti beras spesial, gula pasir, dan cabai rawit. Dikatakan, untuk kenaikan beras sendiri karna produksi Gabah Kering Panen atau GKP menurun, sehingga mengakibatkan harga beras mengalami lonjakan harga.

"Maka dari itu, pemerintah mengimpor CBP atau Cadangan Beras Pemerintah dalam rangka mengintervensi inflasi dengan harapan adanya beras CBP di mitra-mitra toko tani bisa dimanfaatkan dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga beras yang tinggi," ungkapnya.

Mantan Kepala Bidang Pengawasan Konsumen Disperindag Provinsi Maluku Utara itu berujar, beras Stabilisasi Pasokan Harga Pasar atau SPHP dari Bulog ini lebih murah dan terjangkau dari beras yang ada saat ini dan kualitasnya tidak kalah dengan beras premium yang beredar di pasaran, seperti di pasar Hygenis Gamalama dan Bastiong. Selisih harganya dengan beras Bola Mas  untuk kemasan 25 kg berkisar sampai 75 ribu. 

Seperti di pasar Hygenis Gamalama dan Bastiong. Selisih harganya dengan beras Bola Mas  untuk kemasan 25 kg berkisar sampai 75 ribu. Oleh karena itu, pihaknya berharap dengan adanya kenaikan beras ini masyarakat bisa beralih ke beras SPHP produk dari Perum Bulog. 

"Untuk skema yang kami galakkan dan sedang di lakukan adalah mengajak masyarakat beralih mengonsumsi pangan lokal, dan beras SPHP yang kualitasnya sama dengan beras yang sehari hari kita makan sebab dipasaran selisih harganya sangat jauh," tukasnya.

Pihaknya juga menambahkan, untuk cabai rawit dan cabai keriting sendiri di sentra-sentra produksi jumlah produksinya mengalami penurunan, sehingga otomatis harga cabai mengalami kenaikan.  Langkah yang dilakukan adalah mengambil stok cabe di daerah yang surplus dan menggeser ke Ternate.

====
Penulis : Mulyadi Ismail.
Editor   : Rustam Gawa.

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini