Pentingnya Mitigasi Mandiri untuk Pengurangan Resiko

Sebarkan:

Oleh: Taufan Taufik
PMG Pertama Pusat Gempabumi dan Tsunami, BMKG Jakarta


Kejadian Gempabumi di Indonesia

Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai tingkat seismisitas cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia menjadi zona pertemuan  tiga lempeng besar yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.  Gempabumi yang terjadi di wilayah Indonesia tidak hanya terjadi di Zona zona subduksi. Kejadian  gempabumi tercatat cukup banyak di zona sesar/ patahan aktif yang ada di wilayah Indonesia. Berdasarkan hasil catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada tahun 2022 tercatat sebanyak 10792 kejadian gempabumi. Bila dilihat berdasarkan kekuatan gempabumi yang terjadi,  gempabumi dengan magnitudo (M) lebih dari 5 terjadi sebanyak 205 kejadian dan  gempabumi yang terjadi dengan kekuatanan di bawah 5 terjadi sebanyak 10587. Dari semua kejadian gempabumi yang terjadi di tahun 2022 berdasarkan laporan masyarakat  ada sekitar  807 gempabumi yang dirasakan dengan intensitas yang bervariasi. Berdasarkan grafik kejadian gempabumi setiap bulannya kejadian gempabumi terbanyak ada pada bulan Januari dan menjelang akhir tahun, yang mana  pada bulan Januari terjadi sebanyak 1329 gempabumi  dengan gempa dirasakan sebanyak 57 kali. Kejadian gempabumi selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan banyak terjadi gempa gempa signifikan dan merusak dengan diikuti gempa-gempa susulan pada tahun-tahun tersebut. Selain itu sensor seismograf yang dimiliki BMKG sudah semakin rapat sehingga gempa gempa yang cukup lokal bisa terekam oleh alat dan analisa. Bila kita lihat berdasarkan rekaman 15 tahun terakhir yang mana rata-rata kejadian gempabumi  tiap tahunnya berada pada angka 7069 kejadian per tahun.  Kejadian gempabumi  tahun 2022 dengan jumlah  10792 kejadian berada diatas rata-rata kejadian gempabumi selama 15 tahun terakhir dengan selisih dari rata-rata yang cukup signifikan.  Kejadian gempabumi di atas rata-rata ini disebabkan karena banyaknya kejadian gempabumi signifikan dan merusak yang terjadi di di zona subduksi dan Zona zona patahan di wilayah Indonesia. Berdasarkan catatan BMKG pada Tahun 2022 wilayah Indonesia  tercatat sebanyak 22 gempabumi signifikan dan merusak yang menyebabkan kerusakan bangunan serta korban jiwa. Gempabumi yang paling merusak di tahun 2022  yaitu gempabumi Cianjur dengan magnitudo 5.6 dengan episenter berada di darat. Bila kita lihat di wilayah Maluku Utara yang begitu komplek tatanan tektoniknya, berdasarkan catatan Stasiun Geofisika Ternate pada tahun 2022 tercatat sebanyak 1470 kejadian gempabumi dengan kejadian yang dirasakan sebanyak 49 kali. Pada tahun 2022 terjadi 2 kali gempa merusak yang terjadi di Halmahera Utara yang mana pusat gempabumi tersebut berada di darat serta menimbulkan korban luka dan kerusakan bangunan.

Peristiwa Gempabumi Cianjur

Masyarakat Cianjur dikagetkan dengan kejadiannya gempabumi yang terjadi pada siang hari saat masyarakat Tengah sibuk dengan kegiatan serta aktivitas masing-masing. Kejadian gempabumi yang begitu cepat langsung dengan seketika merubah tatanan kehidupan masyarakat daerah terdampak. Hasil analisa BMKG Gempabumi yang terjadi pada tanggal 21 November 2022 Tepatnya pada pukul 13:12 WIB berkekuatan dengan magnitudo 5.6. Gempabumi ini menimbulkan kerusakan yang cukup parah  di daerah Kabupaten Cianjur, hal ini dikarenakan pusat gempa berada di darat Dengan titik episenter 6.84 LS - 107.05 BT, dimana gempabumi ini merupakan gempabumi dangkal dengan kedalaman 11 km. Bila dilihat dari mekanisme sumber gempabumi Cianjur ini Memiliki mekanisme sumber sesar geser (strike-slip) dan merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake). Bila dikaji lebih jauh sumber gempabumi Cianjur ini bukan merupakan dari sesar patahan yang ada selama ini. Hal ini didasari dengan adanya patahan baru yang ditemukan dalam survei lapangan yang dilakukan, yang mana sumber patahan ini dinamakan dengan nama sesar Cugenang. Karakteristik dari sumber gempabumi Cianjur ini perlu diwaspadai karena sumber gempabumi yang merupakan patahan Cugenang  merupakan blind fault.  Blind fault Sendiri merupakan patahan aktif yang secara geografis rekahannya tidak nampak di permukaan, Ini turut diwaspadai karena zona tersebut mempunyai potensi terjadinya gempa gempa yang merusak di lokasi tersebut. Selain itu  banyaknya Pemukiman yang berada pada daerah tanah lunak dan lereng lereng perbukitan. Hal ini tergambarkan oleh kejadian gempabumi Cianjur yang mana terdapat kerusakan yang cukup parah dan terdapat longsoran di beberapa titik di lokasi serta banyaknya korban jiwa yang ditimbulkan. Data yang dirilis dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban jiwa dari kejadian gempabumi Cianjur ini sebanyak 335 jiwa, namun berbeda dengan data yang dirilis oleh Pemkab Cianjur yang mana data yang dirilis sebanyak 602 korban jiwa meninggal. Dari banyaknya korban jiwa yang terjadi dapat dibayangkan begitu hebatnya guncangan gempabumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur.

Masyarakat Siaga Gempa Bumi

Bercermin dari kejadian gempabumi Cianjur kita dapat mengambil pelajaran yang berharga yaitu bagaimana cara kita mempersiapkan serta mengurangi dampak risiko dari kejadian gempabumi. Membangun masyarakat yang siaga akan gempabumi di saat ini adalah hal terpenting, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Masyarakat yang siaga gempabumi adalah mereka yang mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan  sebelum, saat dan  sesudah terjadi gempabumi. Dalam perihal mendirikan bangunan yaitu kita harus mengenali lingkungan kita berada, memastikan struktur tempat kita berada nanti harus tahan terhadap guncangan gempabumi serta mendesain bangunan yang kuat dengan mengacu pada peraturan bangunan tahan gempa. Memastikan perabotan kita pada posisi kuat terhadap guncangan dan meletakkan barang-barang besar pada posisi bagian bawah serta memastikan instalasi listrik dan gas terpasang secara aman. Tindakan preventif seperti ini Tentunya dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan dan meminimalisir terjadinya korban. Hal terpenting yang perlu kita sadari adalah Pentingnya untuk membekali diri sendiri dan keluarga tentang bagaimana cara melakukan mitigasi dan evakuasi secara mandiri saat terjadinya gempa bumi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang pasca kejadian gempabumi Kobe Mereka yang selamat adalah mereka yang dapat melakukan penyelamatan secara mandiri dan diselamatkan oleh anggota keluarganya. Hasil penelitian ini berbanding lurus dengan fakta-fakta dilapangan yang ada. Bahwasannya mereka yang selamat adalah sebagian besar yang mengerti akan cara-cara mitigasi terhadap bencana ini. Selain itu melakukan kegiatan yang mengedukasi masyarakat dan melakukan kegiatan simulasi  secara berkala agar masyarakat memahami bagaimana cara mitigasi dan mengevakuasi secara mandiri. Serta membangun komunikasi dan menyelaraskan kegiatan bersama pemerintah setempat.**
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini