![]() |
UNU Tidore saat menggelar Program Pengabdian Masyarakat (PMP) di Kelurahan Guraping, Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan. (Dar) |
Melalui tim pengabdiannya, Universutas Nuku melakukan pendampingan kepada kelompok perempuan pesisir. Kegiatan ini mengusung tema “Penerapan Model Bisnis Inklusif Berbasis IPTEKS untuk Pemberdayaan Perempuan Pesisir”.
Program ini merupakan bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Universitas Nuku yang pada tahun 2025 memperoleh hibah dari Kementerian Diktisaintek melalui platform BIMA. Di mana Universitas Nuku berkomitmen menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hadir untuk masyarakat, terutama kelompok yang produktif secara geografis maupun akses ekonomi.
Dengan semangat kolaboratif dan pendekatan berbasis kebutuhan lokal, kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk menciptakan ekosistem usaha mikro yang berkelanjutan dan inklusif bagi perempuan pesisir di Maluku Utara.
Ketua Tim Pengabdian Universitas Nuku, Ir. Titiek Arafiani Ruray mengatakan, dalam kegiatan ini pihaknya bersama tim dosen dan relawan mahasiswa menggandeng Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Perempuan Guraping sebagai mitra utama.
Kegiatan pelatihan dilakukan selama tiga hari di lokasi kegiatan dengab mencakup penguatan manajemen usaha berbasis digital dan penggunaan teknologi tepat guna. Salah satu materi dalam pelatihan ini adalah bagaimana mengelola usaha rumahan berbasis produk lokal, khususnya olahan sagu dan hasil laut agar bisa naik kelas dan menjangkau pasar yang lebih luas melalui platform digital dan marketplace.
Tak hanya teori, tim pengabdian juga menyerahkan dua alat utama untuk menunjang produktivitas mitra, yaitu mesin pemarut sagu manual-listrik dan mesin pengasapan ikan mini. Kedua alat ini diharapkan mampu mendorong efisiensi waktu, peningkatan kualitas produk, dan volume produksi yang lebih konsisten.
“Ibu-ibu sudah punya semangat luar biasa. Kami hanya ingin memperkuat semangat itu dengan teknologi yang tepat dan pengetahuan praktis. Dengan adanya alat ini, proses pemarutan sagu yang biasanya memakan waktu setengah hari kini bisa dipangkas hanya dalam hitungan jam,” ujar Titiek.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Ketua Kube, dilanjutkan sesi pelatihan intensif dan demonstrasi penggunaan alat. Peserta yang mayoritas adalah ibu rumah tangga pelaku usaha mikro itu antusias mengikuti setiap sesi, bahkan beberapa peserta mengaku langsung mulai menggunakan alat yang diberikan untuk memproduksi pesanan dari pelanggan tetap mereka.
Salah satu hasil nyata dari program ini adalah selesainya proses legalitas usaha mitra melalui pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB). Selain itu, beberapa produk olahan dari mitra telah berhasil masuk ke platform marketplace, membuka peluang pemasaran yang jauh lebih luas dari sebelumnya. Di akhir kegiatan, tim pengabdian juga melakukan dokumentasi, evaluasi, serta memfasilitasi sesi konsultasi usaha bersama para pelaku mitra.
“Kami sangat terbantu, terutama dari sisi alat. Biasanya kami pakai alat tradisional dan lambat, sekarang lebih cepat dan bersih. Kami juga diajari cara menjual di internet,” ungkap Hadija, salah satu anggota KUBE.
====
Penulis: Aidar Salasa
Editor : Tim Redaksi