Tantangan Kenaikan Harga Beras, Perlu Pemikiran Strategis dan Kebijakan Berkelanjutan

Sebarkan:
Munawir Muhammad. SP.M.,Agr. (Istimewa)

Oleh : Munawir Muhammad, SP. M. Agr. (Calon doktor)

(Mahasiswa Doktor Ilmu Pertanian/Agribisnis Universitas Brawijaya Malang dan Dosen
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara)

_________

KENAIKAN harga beras di seluruh dunia dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang kompleks, yang melibatkan dinamika pasar global, keadaan cuaca, kebijakan pemerintah, dan perubahan dalam permintaan dan pasokan. Faktor utama yang sering kali menyebabkan kenaikan harga beras adalah terganggunya produksi akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, kekeringan, atau perubahan pola iklim. Peristiwa ini dapat mengurangi hasil panen dan menyebabkan ketidakstabilan pasokan beras di pasar dunia. Selain itu, kebijakan pangan dan perdagangan dari beberapa negara juga dapat berdampak signifikan, seperti pembatasan ekspor atau impor yang dapat mempengaruhi ketersediaan beras di pasar global.

Ketergantungan Indonesia terhadap impor beras merupakan masalah serius yang mempengaruhi kedaulatan pangan dan stabilitas ekonomi negara. Meskipun Indonesia merupakan salah satu produsen beras terbesar di dunia, namun kenyataannya negara ini masih mengimpor sejumlah besar beras setiap tahunnya.

Ketergantungan pada impor beras meningkatkan kerentanan terhadap fluktuasi harga dan pasokan di pasar global, serta memperburuk defisit neraca perdagangan Indonesia. Selain itu, ketergantungan terhadap impor beras juga menimbulkan risiko keamanan pangan yang signifikan, terutama dalam situasi krisis atau gangguan pasokan dari negara-negara pengekspor. Oleh karena itu, langkah-langkah strategis diperlukan untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri, mendorong pertanian berkelanjutan, memperbaiki rantai pasokan dan infrastruktur pertanian, serta memperkuat kebijakan yang mendukung kedaulatan pangan nasional. Dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor beras dan meningkatkan ketahanan pangan secara keseluruhan.

Kenaikan harga beras adalah isu yang memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama di Negara Indonesia khususnya Maluku Utara di mana beras merupakan salah satu sumber pangan utama.  Kenaikan harga beras memiliki dampak langsung pada tingkat daya beli masyarakat, terutama kelompok berpenghasilan rendah.
Berdasarkan data (Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, 2024). Rata-rata harga beras Maluku Utara mengalami kenaikan di antaranya, beras kualitas super I naik Rp18.500 per kg (2,78%). Beras kualitas super II naik diharga Rp17.500 per kg (2,94%), kualitas medium Rp17.000 per kg (naik 4,62%), beras kualitas bawah 13.000 per kg (naik 1,75%). 

Ketergantungan konsumsi beras oleh masyaraka di Maluku Utara mencerminkan tantangan serius dalam menjaga ketahanan pangan dan keberlanjutan ekonomi di wilayah tersebut. Meskipun Maluku Utara memiliki potensi pertanian yang cukup besar, termasuk lahan subur dan iklim yang mendukung, namun masih terlihat adanya ketergantungan yang tinggi pada impor beras dari luar daerah. Faktor-faktor seperti rendahnya produktivitas pertanian lokal, terbatasnya infrastruktur pertanian, serta kurangnya akses terhadap teknologi dan praktik pertanian yang modern menjadi penyebab utama ketergantungan ini. Dampaknya, Maluku Utara rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan beras di pasar nasional, serta kurang mampu menghadapi situasi darurat.
Selain itu peralihan lahan sawah juga menjadi masalah serius yang mempengaruhi keberlangsungan pertanian dan ketahanan pangan di banyak daerah. Peralihan ini seringkali disebabkan oleh urbanisasi, konversi lahan untuk pengembangan perumahan, industri, atau infrastruktur, serta peralihan dari lahan padi ke komoditas buah-buahan. Akibatnya, lahan-lahan sawah yang subur dan produktif berkurang secara signifikan, mengakibatkan menurunnya produksi pangan lokal dan ketergantungan yang lebih besar pada impor bahan pangan. 

Pengembangan lahan sawah di Maluku Utara adalah langkah yang penting untuk memperkuat ketahanan pangan beras dan mendukung pembangunan ekonomi lokal. Dengan meningkatnya produksi beras secara lokal, Maluku Utara dapat mencapai kemandirian pangan yang vital untuk keberlangsungan hidup masyarakatnya. Produksi beras yang berkelanjutan tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan petani setempat, tetapi juga memberikan dampak positif pada ekonomi secara keseluruhan. Dengan memilikian, cadangan pangan yang cukup, Maluku Utara dapat lebih siap menghadapi fluktuasi harga. Selain itu, pengembangan lahan beras yang dilakukan secara berkelanjutan juga akan membantu dalam pelestarian lingkungan dan konservasi sumber daya alam, sambil mendorong diversifikasi pangan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. 

Upaya untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan, termasuk dalam konteks pengembangan pertanian seperti produksi beras, memerlukan pemikiran strategis dan kebijakan yang berkelanjutan. Hal ini mengharuskan pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk mengadopsi pendekatan yang holistik dan berorientasi pada masa depan dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan pertanian. Dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, kebijakan yang berkelanjutan dapat memastikan bahwa upaya pengembangan pertanian tidak hanya meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, tetapi juga melindungi lingkungan dan merawat sumber daya alam. Pemikiran strategis diperlukan untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam pengembangan pertanian, sementara kebijakan berkelanjutan memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil akan memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang. Dengan demikian, pemikiran strategis dan kebijakan berkelanjutan menjadi kunci dalam memastikan kesinambungan dan keberhasilan upaya pengembangan pertanian, termasuk dalam meningkatkan produksi dan ketahanan beras di masa mendatang.(**)

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini