Suku Sanger di Daratan Oba Desak Polres Tidore Proses dan Adili Syamzul Rizal

Sebarkan:
Kepala Desa Siokona, Kecamatan Oba Tengah, Marlin Landia dan pemangku adat suku Sanger Kristian Ludinaung. (Kamera)
KAMERA TIDORE - Pernyataan Syamsul Rizal yang dianggap merendahkan dan menjatuhkan martabat Suku Sanger dan Masyarakat Oba, mendapat tanggapan serius  dari Pemangku Adat Suku Sanger di wilayah Oba, tepatnya di Desa Siokona, Kecamatan Oba Tengah.

Adalah, Kristian Pudinaung, ia mengatakan bahwa pernyataan yang disampaikan Syamsul Risal pada acara silaturrahim dengan warga Kelurahan Mareku, Kecamatan Tidore Utara, pada Jumat, 23 September 2022 lalu, itu telah menjatuhkan harga diri dan martabat Suku Sanger di Daratan Oba.

Pemangku adat suku Sanger itu berharap agar Syamsul Rizal segera diproses dan diadili oleh pihak Kepolisian sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasalnya, pernyataan Syamsul Risal, menurutnya, jelas-jelas telah memprovokasi antar suku di Kota Tidore Kepulauan, khusunya di daratan Oba.

"Meskipun dia (Syamsul) mengatakan bahwa penghinaan itu hanya sebatas candaan, namun bagi kami itu tidak mungkin, karena dia orang pintar dan seorang Calon Pemimpin. tidak mungkin dia bisa bercanda dan merendahkan Suku Sanger dan Suku-Suku lain di wilayah oba," tegasnya kepada media ini via telephone, Jumat, 7 Oktober 2022.

Lebih lanjut, Penasehat Warga Sanger di Desa Siokona itu, juga menyindir sosok Fridol Sorowae yang mengatasnamakan Suku Sanger, dan membela Syamsul Risal di salah satu media online. Menurutnya, Fridol sesungguhnya bukan orang sanger. karena orang sanger, tidak ada marga yang namanya Sorowae. Sehingga tidak pantas jika Fridol harus mengatasnamakan orang Sanger, kemudian meminta agar masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan, dengan alasan sudah ditunggangi oleh kepentingan politik.

"Pemuda yang menamakan orang sanger (Fridol Sorowae) itu bukan orang sanger, karena Suku Sanger tidak ada marga Sorowae. Kalau dia merasa bagian dari orang sanger kemudian dia beranggapan masalah ini sudah tendensius dan ditunggangi oleh elit politik, sesungguhnya dia tidak bertanggungjawab terhadap sukunya sendiri (Sanger)," ujarnya.

Untuk mempertahankan harga diri dan martabat Suku Sanger, Kristian meminta pihak kepolisian dapat menseriusi masalah ini, sehingga kedepannya, dapat menjadi pembelajaran bagi siapapun terutama Calon Pemimpin, agar tidak seenaknya merendahkan suku tertentu di Kota Tidore Kepulauan, kemudian berlindung dibalik candaan untuk menghidari proses hukum.

"Aksi unjuk rasa yang kami lakukan di depan Polres Tidore kemarin itu, tidak ada motivasi soal politik, melainkan kepedulian kami terhadap suku Sanger, sehingga kami datang untuk melakukan unjuk rasa. Hal itu karena suku kami telah dihina, dan saat itu saya sebagai tokoh sanger di Desa Siokona juga hadir pada aksi tersebut," ungkapnya.

Senada disampaikan, Suku Sanger bermarga Landia Barhama, yakni Marlin Landia, ia menilai bahwa statamen yang disampaikan Syamsul, telah mebuat Suku Sanger kesal dan sakit hati. Karena pernyataan yang berisi akan "Kalau mau kotori itu jangan di Tidore, melainkan dengan orang sanger yang ada di Oba". Pernyataan ini, kata Marlin, seolah-olah beranggapan bahwa orang sanger itu kotor.

Bahkan setelah pernyataan itu keluar dari mulut Syamsul, ia bilang,  tidak hanya orang sanger di daratan oba yang naik pitam, melainkan suku sanger yang ada diluar Tidore juga kesal dan marah akan pernyataan tersebut.

"Pernyataan ini membuat kami sebagai suku sanger sangat terhina, jika pernyataan ini kemudian dia (Syamsul) bilang candaan, bagi saya itu bukan candaan. Jadi tidak perlu menggiring persoalan ini seolah-olah kami termakan dengan wacana yang sudah ditunggangi politik. Biarlah proses hukum yang berbicara. karena candaan Syamsul, itu sudah jelas menghina kami sebagai suku sanger," ujarnya melalui telephone.

Marlin yang juga merupakan Kepala Desa Siokona, Kecamatan Oba Tengah ini mengatakan, candaan seorang Calon Walikota 2024 dengan menjatuhkan suku tertentu itu sangat tidak etis, sehingga ia menduga pernyataan yang dilontarkan Syamsul mungkin bagian dari kesengajaan untuk membenturkan antara Suku yang ada di Kota Tidore Kepulauan.

"Meskipun dia sudah minta maaf, namun kasus ini harus diselesaikan oleh pihak kepolisian sampai ke pengadilan. Karena jika tidak, maka kedepan orang lain juga akan melakukan penghinaan terhadap Suku sanger maupun Suku lain yang ada di daratan Oba. Jadi kasus ini harus diakhir lewat proses hukum," pintanya.

Sementara, Ruslan Muhammad, salah satu pemuda Oba Tengah, mengaku jika Syamsul menganggap pernyataannya itu sebatas candaan, maka samahalnya dia telah mempermainkan masyarakat oba dan suku sanger, seakan-akan warga yang tinggal di wilayah oba ini, merupakan orang-orang yang tidak beretika dan tidak berpendidikan.

"Kami di Oba ini juga ingin maju sebagaimana daerah-daerah lain. Bukan malah dijadikan bahan candaan untuk kepentingan Syamsul maju sebagai Calon Walikota 2024," tegasnya.

Untuk itu, lelaki yang akrab disapa Ocan ini menilai, jika ada oknum yang beranggapan bahwa penolakan diskriminasi ras atau golongan yang ditunjukan warga oba dan suku sanger melalui aksi demonstrasi di depan polres berapa pekan kemarin, sudah disusupi kepentingan politik, sesungguhnya pikiran itu sangatlah keliru. Karena yang membuat masalah ini sampai jadi besar itu, sambung Ocan, dari ucapan seorang Syamsul itu sendiri yang semata-mata karena mau maju sebagai Calon Walikota 2024.

"Jangan lempar batu sembunyi tangan. Sehingga pada akhirnya, dia yang buat orang lain yang disalahkan. Sudah cukup kami warga oba dan suku sanger dijadikan sebagai tumbal politik, yang penuh dengan hinaan," pungkasnya.

Disisi lain Kepala Kecamatan Oba tengah, Junaidi Fabanyo juga angkat bicara, ia mengaku sebagai Pimpinan pemerintahan dilini terbawah, apa yang dilakukan masyarakatnya tidak bisa ia larang, sebab warganya juga punya hak untuk menyampaikan aspirasi dan menuntut keadilan di mata hukum.

"Kalau ada yang bilang aksi demonstrasi kemarin itu ditunggangi politik karena terdapat oknum ASN yang terlibat, sesungguhnya mereka adalah bagian dari masyarakat Oba, yang tidak terima dengan penghinaan yang disampaikan Samsul Rizal, bukan karena soal politik, karena persoalan ini tidak ada sangkut pautnya dengan politik," tandasnya.*

====
Penulis : Aidar Salasa
Editor    : Rustam Gawa
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini