![]() |
Haji Robert tampak memeluk Fitrah. (Istimewa) |
menggoreskan luka mendalam bagi ratusan korban. Baik mereka yang kehilangan
harta benda, maupun yang kehilangan sanak saudara dan orang-orang terkasih.
Rintihan tangis, jeritan kepedihan mengiringi proses pencarian korban serta
pembersihan sisa puing bangunan yang rusak diterjang air dan lumpur. Butuh waktu
berhari-hari bagi Tim SAR gabungan dari Pemerintah setempat, relawan, dan berbagai
instansi untuk menemukan seluruh korban.
Banjir menerjang Desa Rua, Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 WIT. Malam itu hujan
deras menerjang Kota Ternate dan sekitarnya.
Beberapa hari sebelum kejadian,
memang intensitas curah hujan cukup tinggi di daerah Ternate dan Tidore. Hal ini
membuat aliran air sungai menjadi deras, dan sayangnya tak terbendung. Kejadian dini
hari itu begitu cepat, air menerjang Desa Rua di saat masyarakat tengah tertidur
sehingga tidak ada cukup waktu untuk menyelamatkan diri.
Salah satu kisah yang sangat menyentuh datang dari seorang anak berusia 13 tahun
bernama Fitrah R. Djais. Hati siapa yang tidak terenyuh mendengar rintihan dan
kesaksiannya yang harus ditinggalkan ayah, ibu, adik perempuan serta neneknya
sekaligus karena menjadi korban meninggal akibat terjangan Banjir Desa Rua.
Sementara kakaknya, Putra Syaman atau akrab disapa Ello menjadi korban selamat,
namun harus menjalani perawatan di RSUD Chasan Boesoirie Ternate.
Beruntung bagi Fitrah saat kejadian sedang tidak berada di rumahnya, melainkan
mengikuti kegiatan perkemahan bersama regu Pramukanya. Beberapa hari sebelum
kejadian, orang tua dan adiknya sempat menjenguknya di area perkemahan. Mungkin
tak pernah terlintas di benak Fitrah bahwa saat-saat itu adalah kali terakhir bertemu
orang tua dan adiknya.
Menurut kesaksian masyarakat, jasad orang tua, adik dan nenek Fitrah ditemukan di
sekitar lokasi kejadian. Mereka sempat terseret arus hingga mendekati daerah pantai
dan tertimbun lumpur. “Kakak Ello selamat, tapi kemarin harus dirawat sementara di
rumah sakit. Kakak sempat terseret arus sehingga kaki dan kepalanya harus mengenai
benturan. Penglihatan Kakak sekarang terganggu akibat benturan di kepala,” ungkap
Fitrah.
Tentu sangat berat bagi Fitrah di usia yang sangat belia harus menyaksikan
keluarganya mengalami musibah ini.Kisah Fitrah kemudian sampai di telinga Presiden Direktur PT Nusa Halmahera
Minerals (NHM), Haji Robert Nitiyudo Wachjo. Pemimpin salah satu tambang emas
terbesar di Maluku Utara tersebut menerbangkan Fitrah dan satu korban lainnya
bernama Yusrin (23 tahun) untuk bertemu langsung dengannya di Tambang Emas
Gosowong. Fitrah dan Yusrin didampingi tim NHM dari Ternate terbang langsung
dengan Helikopter menuju Halmahera pada Kamis (29/08). Fitrah mengaku sangat
senang dan menjadi pengalaman pertama kali baginya menaiki Helikopter.
Pertemuan penuh haru itu pun terjadi. Haji Robert memeluk erat serta mencium Fitrah
dan Yusrin sembari memberikan semangat agar tabah dan kuat menghadapi cobaan
ini. Haji Robert memang dikenal sangat memuliakan anak-anak yatim dan yatim piatu.
Ia berjanji juga akan memuliakan Fitrah, Yusrin dan keluarganya.
“Terima kasih Pak Haji Robert telah banyak memberikan bantuan untuk Saya. Bahkan saya diterbangkan langsung dengan Helikopter, saya dan kakak saya juga dibelikan Handphone baru.
Bahkan masa depan saya dan kakak saya sangat diperhatikan,” ucap Fitrah.
Tak berhenti sampai disitu, Haji Robert juga membangun kedekatan emosional dengan
Fitrah. Ia memberikan nomor teleponnya agar jika Fitrah membutuhkan sesuatu, Haji
Robert siap pasang badan dan membantu Fitrah. Kedekatan ini memberi harapan baru
bagi hidup Fitrah, kini ia seakan mempunyai orang tua baru yang akan sangat
menyayanginya. Haji Robert dengan ketulusan hatinya akan terus memantau dan
mendampingi perkembangan kehidupan Fitrah dan sang kakak.
“Saya belum tahu ingin bercita-cita sebagai apa. Tapi jika ke depan ada kesempatan, saya ingin menjadi seorang pemain bola. Bapak Haji Robert juga sampaikan akan bantu, saya mau gapai cita-cita itu,” tambah Fitrah.
Kini Fitrah telah kembali ke pangkuan keluarganya dan melanjutkan hidup di Ternate. Ia tinggal bersama kakeknya, Djais Djafar (61 tahun). Kakek Fitrah tak bisa berkata
apa-apa lagi selain menyampaikan terima kasih atas segala kebaikan dan perhatian
dari Haji Robert.
“Terima kasih NHM, terima kasih Haji Robert so lia tong pe cucu. Semoga kebaikannya dibalas Tuhan yang Maha Kuasa,” ujar Djais dengan mata berkaca-kaca.
Hidup Fitrah memang tak akan sama lagi ketika orang tua, adik dan neneknya masih
mendampinginya. Tapi kini, kehidupannya akan terus dalam perhatian Haji Robert dan
NHM. Doa senantiasa mengalir deras untuk Fitrah dan keluarga. Juga untuk seluruh
korban bencana banjir di Desa Rua, semoga diberi kekuatan dan kemudahan dalam
pemulihan.(*)