Kalender Adat Tidore Karya Arifin Abas Masuk AKI 2022

Sebarkan:
Arifin Abas )kaos hitam) di dampingi istrinya dan Anggota DPRD Tidore Abdurahman Arsad. (Kamera/Aidar)
KAMERA TIDORE - Staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan, Arifin Abas, sukses membuat Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekhnologi  atau Mendikbud Ristek, takjub atas karyanya, terkait Kalender Adat Tidore.

Ia pun diundangan Mendikbud Ristek secara khusus untuk menerima penghargaan melalui Program Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) tahun 2022 pada Jum'at 9 Desember 2022 di Jakarta.

Arifin adalah satu-satunya perwakilan dari Provinsi Maluku Utara yang mendapatkan program penghargaan AKI dengan kategori Pencipta Kalender Adat Tidore.

"Sebelumnya kami ada tiga orang dari Maluku Utara, yang lolos pendaftaran melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Malut, dua diantaranya dari Tidore, dan satunya dari Morotai, namun setelah dilakukan penilaian, alhamdulillah saya sendiri yang lolos sampai ke Tingkat Nasional," ujar Arifin, saat ditemui awak media di kediamannya, Senin, 5 Desember 2022 kemarin.

Pria yang juga menyandang status Pamong Kebudayaan Maluku Utara dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata ini mengaku, bahwa pilihan untuk dirinya lolos sampai ke tingkat Nasional itu dikarenakan penelitian yang dilakukannya mampu membaca gejala alam semesta.

Arifin sebelum ditetapkan sebagai penerima AKI Tahun 2022, penelitiannya sempat diuji oleh Mendikbut Ristek baru-baru ini, Mendikbud Ristek mengirimkan 6 orang untuk menguji penelitian Arifin di Tidore.

Setelah melaui verifikasi substantif yang diuji langsung di lapangan, perwakilan Mendikbud Ristek kemudian takjub dengan karya Arifin dalam menyusun Kalender Adat Tidore. Keunikan Kalender Adat Tidore yang diciptakan arifin, diakui Mendikbud Ristek terdapat unsur Filologi, Linguistik, Semiotika dan Sejarah Peradaban. Bahkan berkat penemuan Arifin, membuat perwakilan Mendikbud Ristek mengakui bahwa budaya Tidore sangat luar biasa.

"Penilitian yang saya lakukan ini untuk membaca tanda-tanda alam ini selama dua tahun setengah, lokasinya itu di Seli, Kalodi dan Paceda. Di Seli, saya melihat bunga rumput laut mengapung diatas air, di Kalodi saya mengecek burung Maleo bertelur dan di Paceda itu saya melihat Penyu bertelur," jelasnya.

Menariknya, Kalender Adat Tidore, juga dapat menentukan hari baik dan buruk (Nahas), untuk manusia melakukan aktifitas, serta dapat mengetahui kapan datangnya gerhana bulan dan matahari. Serta mengetahui dengan pasti jatuhnya 1 Ramadhan yang tiap kali terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU).

"Untuk hari nahas itu diharamkan memulai pekerjaan, hal itu bersesuaian degan dalil para leluhur di Tidore, yakni Awal Kurie Salah, Turu Majako Lenge, artinya Jika Awal melakukan sesuatu di waktu yang salah maka akhirnya akan berpeluang bermasalah, seperti di petani hasil panen tidak jadi, atau bisa jadi muncul sebuah musibah bagi orang yang mau memulai pekerjaan," tambahhya.

Kalender Adat Tidore milik Arifin, juga menjadi pembeda bagi Kalender Masehi maupun Kalender Imlek dan kalender Jawa. Bahkan dalam penghitungannya, itu tidak pernah meleset untuk menentukan pergantian bulan, tahun dan penetapan hari. Kini, Kalender milik Arifin, telah di launching secara resmi oleh Pemerintah Kota Tidore dan dibagikan kepada masyarakat.

"Saya melakukan ini semua berawal dari rasa penasaran atas pernyataan orang-orang di Tidore tentang hari nahas, dan perdebatan tentang penentuan waktu ketika memasuki bulan suci ramadhan, Dan itu saya mulai sejak tahun 2013," tuturnya.

Penelitian yang dilakukan Arifin sehingga melahirkan Kalender Adat Tidore, sebelumnya hanya mendapat dukungan dari Istrinya, Ratna Djamaludin yang berprofesi sebagai seorang Guru di SMK Negeri 1 Tidore, mulai dari pembiayaan maupun fasilitas, untuk dirinya mencari tau tentang misteri Falakiah atau yang dikenal dengan ilmu penentuan waktu berdasarkan gejala alam atau Ilmu Antariksa.

"Waktu itu saya sempat pesimis dengan aktifitas suami saya, bahkan saya mengira dia akan gila, namun saat ini saya bersyukur karena karyanya telah diakui dan dihargai oleh Negara," cetus Ratna.

Lebih lanjut, Ratna mengaku jika suaminya membuat Kalender Adat Tidore, agar dapat memudahkan kaum milenial untuk mengetahui hari baik, misalnya seperti penentuan hari untuk penyelenggaraan akad nikah sebagaimana yang dilakukan orang tua-tua di Tidore, beserta acara-acara lainnya.

Sekedar diketahui, Arifin merupakan salah satu aset berharga milik Kota Tidore, karena ia telah banyak berkontribusi terhadap Tidore dalam mendorong kebudayaan milik Tidore untuk mendapatkan Hak Cipta dari Kemenkumham, salah satunya ia sukses mencetus 21 Kekayaan Intelktual Komunal (KIK) milik Tidor yang saat ini telah diakui oleh Kemenkumham RI, selain itu, Arifin juga menjadi otak dari Narasi kebudayaan yang ditampilkan pada Acara Sail Tidore, dan Marasante.

====
Penulis : Aidar Salasa
Editor    : Rustam Gawa
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini