Halbar Darurat Narkoba: Anak Pejabat dan 5 Pelajar SMP Diciduk Polisi

Sebarkan:
Ilustrasi Bahaya Narkoba. (Istimewa)
JAILOLO - Di sebuah malam yang tampak biasa di Jailolo, Sabtu 21 November 2025, aparat kepolisian menerima sebuah laporan yang tidak biasa. Pemerintah desa dan warga mendengar gerak-gerik aneh sekelompok remaja di salah satu rumah di permukiman setempat. Lampu kamar yang menyala hingga larut, pintu yang sesekali terbuka, dan bisik-bisik yang tak lazim untuk anak-anak seusia mereka.

Laporan itu menjadi awal terbongkarnya sebuah episode kelam: penyalahgunaan narkoba oleh enam remaja, salah satunya putra Kepala Dinas PUPR Halmahera Barat.

Ketika Satresnarkoba Polres Halbar menggerebek lokasi itu, keheningan pecah. Di lantai kamar yang sempit, polisi menemukan linting-linting sisa pakai, beberapa sachet plastik kecil, korek gas, dan dua gawai yang menjadi saksi bisu pergaulan yang mulai menyimpang.

Mereka masih belasan tahun. Masih berseragam SMP. Namun jejak kehidupan malam itu menunjukkan bahwa narkoba tak lagi mengenal batas usia, status orang tua, atau ruang sosial. Ia masuk lewat celah paling rapuh: rasa ingin tahu remaja.

Pengakuan Itu

Kasat Narkoba Polres Halbar, Ipda Taufik Duwila, hanya menghela napas ketika mengonfirmasi temuan tersebut.

“Betul, anak Kadis PUPR ikut diamankan. Karena mereka masih di bawah umur, sebagian sudah dikembalikan kepada orang tua, namun tetap wajib lapor,” ujarnya.

Sementara sang ayah, Kepala Dinas PUPR Halbar, Fachlis, tak dapat menyembunyikan kekecewaannya.

“Iya, itu anak saya. Sekarang fokus saya bagaimana membina dia agar ini tidak terulang lagi,” ucapnya pendek.

Namun cerita tidak berhenti di situ. Polisi kemudian bergerak ke rumah remaja lain, sekitar pukul 01.15 WIT. Di sana ditemukan lagi sachet-sachet kecil narkotika, menguatkan dugaan bahwa para pelajar ini tidak sekadar “coba-coba”, tetapi sudah berada dalam pusaran yang lebih serius.

Bahaya yang Mengintai Generasi

Kasus ini menyodorkan kenyataan pahit: narkoba kini merayap masuk ke ruang keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial yang selama ini dianggap aman bagi anak-anak.

Narkotika bukan hanya merusak fisik dan mental, tetapi membunuh masa depan generasi. Pada remaja, dampaknya jauh lebih fatal: merusak perkembangan otak dan kemampuan belajar, memicu depresi, kecanduan, hingga perubahan perilaku ekstrem,
menghancurkan disiplin, prestasi akademik, dan hubungan sosial, menciptakan generasi yang hilang sebelum sempat tumbuh.

Di Halmahera Barat, kasus ini menjadi alarm keras: jika pelajar SMP bisa sedekat itu dengan narkoba, maka ada pintu yang sudah lama terbuka — dan belum ada yang menutupnya.

Di Balik Penggerebekan: Jejak yang Lebih Dalam

Satresnarkoba kini menelusuri dari mana barang haram itu berasal. Penyidik menduga ada alur distribusi yang telah menyusup ke kalangan pelajar, mungkin melalui pergaulan, mungkin lewat tangan yang lebih dewasa.

Satu hal yang pasti: kasus ini bukan akhir. Ini hanya permukaan dari masalah yang lebih besar — pengaruh narkoba yang merayap di generasi muda Halmahera Barat, menciptakan masa depan yang goyah jika tidak segera diputus. Di tengah kecemasan orang tua, kekhawatiran sekolah, dan langkah hukum yang terus bergerak.* (Red)
Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini